Share

Pada acara CITCOM Ceria kali ini, komunitas CITCOM berkunjung ke Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur, tepatnya di JL. Pasir Honje No. 130, RT 3 RW 23, Kampung Sekegawir, Desa Cimenyan, Kec. Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Acara yang dilakukan di Masjid Darushudur ini diawali dengan sholat Ashar berjamaah. Sore hari yang diguyur dengan hujan pada tanggal 18 Maret 2022 ini diharapkan bisa memberikan rejeki berlimpah pada semua pihak yang terlibat, seperti halnya hujan yang merupakan salah satu bentuk rejeki dari Allah SWT.


Masjid Darushudur di Kec. Cimenyan

Acara dibuka oleh dua orang MC yang diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh salah satu penghuni pesantren Sam’an Darushudur. Keterbatasan melihat tidak menghalanginya untuk melantunkan ayat suci yang indah dan enak di dengar. Bahkan apabila kita hanya mendengar suaranya saja, kita tidak akan tahu bahwa yang membacanya adalah seorang tunanetra, menggunakan Al-Quran dalam huruf Braille. Bahkan ketika melihat keluwesan dan cara MC Wanita melihat rekannya saya mengira bahwa MC tersebut bukan seorang tunanera. Saksikan videonya mengenai cerita dari MC tersebut ya.


MC memandu jalannya acara

Selanjutnya, MC mempersilahkan perwakilan dari CITCOM untuk memberikan sambutan dan juga sedikit bercerita kenapa komunitas CITCOM secara rutin menyelenggarakan acara CITCOM Ceria ini. Sambutan kali ini dilakukan oleh Pak Aris Munandar dari PT. Inovasi Dinamika Solusi yang berbagi mengenai apa sebenarnya komunitas CITCOM itu. Komunitas CITCOM yang terdiri dari seratus lebih perusahaan IT ini memiliki konsep saling mengenal, saling belajar dan berkolaborasi. Hal yang sebetulnya cukup unik, dimana perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam satu bidang yang sama ternyata bukan berkompetisi, tetapi justru saling mendukung dan berkolaborasi.


Pak Aris sebagai perwakilan dari CITCOM memberikan donasi kepada pemimpin Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur

Pesantren Tunanetra Sam’an Darushudur ini ternyata sangat inovatif, selain bercita-cita menjadi Hafidz Quran, ternyata juga belajar IT dan pemrograman. Sangat unik dimana tunanetra bisa membuat sebuah program atau website, bahkan menjadi juara pembuatan website tingkat nasional. Bahkan karena adanya keterbatasan tempat, pesantren ini juga membuka kelas online yang sudah diikuti oleh berbagai santri dari berbagai derah di Indonesia. Hal ini menjadi bukti bahwa keterbatasan tidak membuat kita harus menyerah dan merasa rendah diri. Dengan adanya keterbatasan dalam penglihatan, ada kelebihan lain yang diberikan Allah kepada mereka. Hal ini tentunya menjadi cambukan untuk sebagian besar kita yang tidak kurang secara fisik. Kadang adanya sedikit cobaan banyak yang sudah menyerah bahkan menyalahkan Allah.

Diakhir acara, pengurus pesantren berdiskusi dengan perwakilan CITCOM yang hadir saat itu. Mereka berbagi mengenai cita-cita para santri untuk bisa mandiri salah satunya dengan bekerja di perusahaan IT milik anggota CITCOM. Mereka sudah mempelajari pemrograman dan pembuatan website yang harapannya bisa tersalurkan di perusahaan-perusahaan anggota CITCOM. Dalam proses coding dan menjalankan aktifitas, para santri dibantu oleh komputer yang berbicara sehingga bisa memahami apa yang dikerjakan walau tidak bisa melihatnya. Selain membantu pesantren dengan sumbangan materi, amal jariyah juga bisa diperoleh dengan memberikan berbagai ilmu yang bermanfaat kepada para santri. Harapannya mereka bisa terus mendapatkan ilmu dan bimbingan dari CITCOM yang kedepannya bisa membuat startup teknologi sendiri.

(Sumber : wakool.id)